Senin, 11 Juli 2016

Petasan Itu Meledak di Balik Punggungnya

Tiba di desa kalibuntu, hidung mulai sedikit saya sumbat. Kelopak mata pun ikut menutup sedikit demi sedikit. Asap yang pekat memaksa saya berbuat demikian. Asap putih hampir menutupi pandangan ketika melewati jalan. Asap putih itu bukan kabut, bukan juga asap orang bakar sampah. Berbeda dengan dengan asap Riau karena memang di tempat ini tidak ada hutan untuk dibakar. Asap nya pun tidak murni asap putih, tapi disertai gemerlapnya potongan kertas putih kecil-kecil. Melayang di atas, dan jatuh perlahan-lahan. Bunyi suara ledakan yang sungguh keras menyambut saya dan kakak saya yg ketika itu ingin mengunjungi kakek-nenek. Ya benar. Itu suara "mercon", sebutan lain dari petasan. Dan mungkin ini sebutan yang lebih keren dari istilah awalnya. Lebaran kali ini sama seperti tahun lalu, tidak banyak yg berbeda. Sungkem terhadap embah, makan kue setelah itu cerita-cerita. Namun, satu yang membuat saya tertarik yaitu " mercon". Akhirnya saya putuskan kembali ke tempat yang tadi. 

Saya amati betul betul anak-anak muda kalibuntu beraksi. melewati gang kecil yang sungguh ramai dengan anak kecil, baunya juga khas pesisir. Memang kalibuntu ini adalah daerah pinggir pantai yang kebanyakan penduduk nya menjadi nelayan. Sepanjang gang banyak terlihat hiasan dari gelas bekas yang digantung diberi tambahan bulu-bulu agar terlihat lebih menarik. Dilihat lebih seksama lagi ternyata ada ciri yang bisa saya lihat. Kesamaan yang unik dari anak-anak kalibuntu. Celananya sama! Ya! Celana hitam dengan 2 strip putih di kaki kanan. Haha jika Anda sering melihat film Naruto Anda pasti tau model celananya. Hehe. 
Bajunya pun meskipun tidak sama namun warnanya sama! Kaos hitam dengan tulisan yang bermacam-macam. Saya membayangkan betapa kagetnya ketika penjual celana tersebut kelabakan melayani order celana dari anak satu desa! Atau mungkin tidak sampai kelabakan karena yang jual celana model itu banyak. Atau juga pegawainya yang banyak. Atau mungkin juga anak satu desa sudah ada yang mengkoordinir. Entahlah. 

Saya punya bibi yang tinggal di sana. Karena Iseng saya tanyakan hal itu. Jawabannya menarik. Orang kalibuntu ternyata memiliki gaya berbusana yang unik, untuk anak mudanya, khususnya anak-anak kecilnya. Baju hitam dan celana hitam merupakan pakaian wajib hari raya. Wajib disini diartikan jika Anda tidak punya, maka Anda tidak hebat. Anda tidak gaul seperti kami. Waww!! Haha sebegitu kuatnya pengaruh kelompok di kalibuntu ini. Bahkan kata bibi saya bahwa tiap gang kecil memiliki ciri khas sendiri dalam berpakaian. Namun perbedaan itu sama sekali tidak mengurangi kekompakan satu desa Kalibuntu. Konon katanya, desa Kalibuntu merupakan satu desa paling solid. Paling diakui kekompakannya di kabupaten probolinggo. Khas anak Madura. Sense of belonging nya masih kuat. Apalagi anak mudanya. Hehe tawuran kemana-mana sudah biasa.. Wkwkwk membela teman alasan utamanya..

Kembali pada bahasan "mercon". Bahan utamanya tentu bubuk mesiu. Digulung oleh gulungan kertas yang cukup. Dan gulungannya sangat erat. Semakin erat semakin asik suaranya. Yang membuatnya pun hanya orang-orang tertentu. Tekniknya pun tidak sembarangan. Salah sedikit bisa-bisa jari yang hilang. Tapi tidak sampai nyawa yang melayang. Ukurannya pun bermacam-macam. Ada yang sebesar baterai remote, sampai ukuran kaleng cat. Ada yang diledakkan satu satu, ada juga yang dibuat menggantung. Menjadi rangkaian bom yang meledak bertubi-tubi, dan selalu ada bom penutup yang ledakannya paling keras di bagian paling atas. Yang membuat saya lebih tertarik adalah "mercon" yang diledakkan satu satu. Bukan merconnya, namun "joki" nya yang saya pelototi. "Mercon" ini sumbunya sangat pendek. Mungkin waktunya cuma 1,5 detik. Tak ada waktu untuk kabur. Setelah dinyalakan, si "joki" hanya berbalik badan. HANYA BERBALIK BADAN. Petasan itu meledak di balik punggungnya. Dan jangan ditanya tentang kerasnya suara petasan tersebut. Saya saja yang berdiri 5 meter dari petasan masih tutup kuping. Mereka hanya bermodal "headset" yang mungkin berisi lagu-lagu dangdut. Atau juga rock. Entahlah. Namun saya yakin kerasnya ledakan pasti masih terasa sangat keras di telinga mereka. Hahaha luar biasa!

Tradisi "mercon" an ini sudah ada sejak dahulu. Waktu saya masih TK saja sudah ada. (Sekarang saya umur 20 tahun. Dan masih single. For Your information saja. Hehe)
Tradisi ini bukan berarti semuanya berjalan lancar. Dahulu pernah ada sidak dari kepolisian untuk merazia orang-orang yang menyimpan bubuk mesiu dalam jumlah banyak. Saya tidak tahu, mungkin hal ini dilarang oleh kepolisian. Mungkin ditakutkan bubuk mesiu tersebut digunakan untuk hal berkaitan dengan terorisme. Tapi tenang pak, arek-arek kalibuntu aman dari teroris kok pak. Hehe
Membuat petasan tersebut tidaklah mudah, juga tidaklah murah. Ada yang sampai habis 4 juta sampai 7,5 juta. Ada yang "bondo" sendiri, ada juga yang patungan. Menyisihkan hasil kerja mereka untuk ditabung. Di kalibuntu ada istilah uang suami-uang istri. Hasil dari berangkat melaut biasanya berupa uang dan juga ikan hasil tangkapan. Uang tunai untuk si suami dan hasil tangkapan untuk si istri yang nantinya dijual di pasar atau ke pengepul. Uang suami itulah yang terkadang disisihkan untuk ditabung. Saking tidak ingin ketinggalannya dalam tradisi ini, mereka beranggapan bahwa lebih baik tidak beli baju baru daripada tidak buat "mercon".' Anda pasti tidak akan habis pikir kenapa mereka mau menghabiskan uang begitu banyak hanya untuk petasan. Bahkan sampai ada orang yang bilang, "uang kok diledakkan.." hehe. Namun itulah hobbi. Mereka menyebutnya kepuasan. Kepuasan terhadap sesuatu itulah yang mahal, yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Jumat, 08 Mei 2015

Long-termed Decision: Welding Engineering, why?

Sekitar 2 bulan sebelum peslaksaan UAN, ada kakak kakak alumni SMAN 1 Kraksaan yang datang ke sekolah untuk mem-briefing adik adik kelasnya tentang universitas mereka. Semua kakak alumni terlihat gagah dengan almamater kebanggaan mereka masing-masing. Satu per satu mempresentasikan prodi, keunggulan, sampai biaya hidup di universitas mereka. Setelah saya melihat presentasi dari kakak alumni, saya terkagum kagum dengan semua universitas tersebut. Mulai dari UI, UGM, IPB, UB, UM, UIN, PPNS, POLINEMA, ITS, dan Perguruan tinggi lainnya. Semua presentasi mereka baik dan mulai membingungkan saya. Jujur saya masih belum punya pandangan saya mau meneruskan kuliah kemana. Karena saya masih belum yakin tentang bidang yang akan saya geluti selama 4 tahun ke depan nanti. Namun saya tertahan ketika kakak dari UI memberikan presentasi. mulai dari program studinya, biaya hidup, dan beasiswa yang ditawarkan seakan membuat saya langsung sangat tertarik dengan UI. Memang UI adalah kampus elite di Indonesia, dan persaingan masuk kesana bagaikan memperebutkan satu apel ditengah kerumunan ular. haha tapi saya seakan terbawa motivasi yang begitu tinggi untuk tetap masuk UI yaitu bidang ekonomi.
Sebelumnya ada kakak dari PPNS yang bertanya kepada saya mau terus kemana. Saya tidak menjawab karena memang belum tahu. Dan saya juga tidak tahu menahu tentang PPNS dan juga kurang tertarik. Beberapa hari kemudian ada kakak dari PPNS lagi bertanya hal yang sama. Akhirnya saya mencoba daftar, di hari-hari terakhir. Ada banyak prodi yang ditawarkan. Pilihan pertama saya jatuh pada K3. Setelah itu hampir saya memilih perpipaan, namun saya membayangkan “duh, kalo pipa nanti ngitung pipa, nyalurnya kemana, ukurannya berapa”. Akhirnya tidak jadi dan saya melihat ada jurusan yang menarik dan belum saya dengar sebelumnya, ‘’D4 PENGELASAN”. Jujur saya dalam keadaan bercanda memilih prodi ini. Yang hanya saya pikir pengelasan itu gampang, tidak ruwet dan lucu gitu, meskipun saya tiada tertarik di bidang IPA. Sebelumnya saya ini adalah siswa jurusan IPA di SMA, tetapi saya merasa kurang klop di bidang IPA, sungguh saya selalu merasa susah di bidang ini. Waktu itu saya mendaftar PPNS atas saran dari kakak kelas agar nanti sudah dapat cadangan. Karena memang katanya tahun lalu banyak anak kelas 3 yang stressed karena mendapat pengumuman  tidak lolos SNMPTN maupun SBMPTN. Dan ternyata memang benar, banyak anak yang stressed tidak keterima termasuk saya yang tidak lolos ke UI. Haha.
Saya masih tidak bisa menerima itu dan sungguh saya begitu iri terhadap teman teman yang diterima di UI. Lambat laun saya menerima itu sedikit demi sedikit. Kemudian saya sadar bahwa memang orang-orang hebat seperti agus martowardoyo, sri mulyani, dirut garuda indonesia, dirut pertamina terlahir dari universitas terkemuka seperti UI, UGM, dan ITB. Tapi saya juga berpikir, pak DAHLAN ISKAN, Direktur Utama JAWAPOS, DIRUT PLN, Menteri BUMN, bukan lulusan UI, bukan UGM, juga ITB. Beliau bahkan adalah siswa yang di DO dari kampusnya. Namun beliau selalu bersyukur atas segala yang didapatkan. Akhirnya saya juga berusaha ikhlas menerima bahwa “SAYA TIDAK LOLOS KE UI”. Saya juga ternyata belum sadar bahwa saya sudah dierima di salah satu politeknik terbaik se indonesia di jurusan yang ternyata jurusan terbaik di kampus yang saya tertawai dulu waktu pemilihan jurusan, yaitu PPNS jurusan WELDING ENGINEERING. J     

RIDHO DIAN FARADES
            WELDING ENG.  PPNS

MAJU, MARITIM, INDONESIA!!


Luas memang laut Indonesia dengan berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dengan bertebarnya pulau-pulau di berbagai titik membentang luas dengan manusia-manusianya yang beride brilian, berwawasan luas berahlak mulia, bertutur kata santun dan damai penuh cinta yang tak bosan dan tak pernah lelah menjaga dan melestarikan alamnya khususnya laut. Banyak hal-hal tentang laut Indonesia yang tidak kita sadari dan tiada kita ketahui yang ternyata memiliki dampak yang sungguh luar biasa jika kita dalami, rasakan, dan syukuri dan ini juga bisa digunakan sebagai ladang ekonomi subur demi mendongkrak kemajuan ekonomi Indonesia. Jika dikalkulasi dan diolah secara maksimal, maka kekayaan laut Indonesia bisa menyumbang pendapatan sebesar US$ 1,2 triliun. Cukup membuat kita sadar akan kayanya laut Indonesia. Namun terkadang kita malah acuh dan tak mau tahu dengan dunia kemaritiman. Padahal Indonesia adalah negara dengan bentang laut terluas di dunia yang tentunya memiliki berbagai spesies biota laut beragam dan terlengkap se jagad raya. Berbagai kasus tentang sengketa laut Indonesia kita dengan negara lain juga mesti kita perhatikan. Mulai dari penangkapan ikan tuna dengan ukuran proporsional oleh nelayan asing karena minimnya pengetahuan nelayan Indonesia soal musim tangkap ikan, sampai lenyapnya blok Ambalat dari peta Indonesia karena telah dicuri dengan halus oleh malaysia. Seharusnya ini menjadi cambuk keras bagi kita orang Indonesia agar lebih ketat menjaga setiap jengkal kawasan laut dan pesisir Indonesia.
Benar kata ahli cinta jaman dahulu bahwa andai setiap kali orang tua kita sebutkan satu per satu ketakjuban laut Indonesia lalu gugur satu bunga mawar, maka tak terlihatlah bumi dari luar angkasa melainkan hanya warna merah karena saking banyaknya cerita hebat dan anugrah yang Tuhan titipkan di laut Indonesia kita. Menjaganya adalah hal yang mutlak terlebih bagi kita kawula muda yang memiliki semangat membara untuk perbaikan Indonesia ini. Pemuda memiliki peran yang strategis bagi pertumbuhan dan kemajuan bangsa karena mereka memiliki kreativitas yang tinggi di masyarakat untuk berkarya, berkreasi, dan berinovasi.  Potensi sumber daya manusia di Indonesia khususnya pemuda sangatlah besar dan jumlahnya banyak. Jika digabungkan, perguruan tinggi di indonesia baik yang negeri dan swasta mencapai 3.151. Setiap tahun perguruan tinggi meluluskan mahasiswanya, yang berarti jutaan hasil riset yang dihasilkan oleh pemuda Indonesia. Ini juga merupakan potensi yang besar bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju. Mindset para pemuda juga harus bisa diselaraskan bahwa menuju Indonesia maju bukanlah dicapai hanya dengan lolos test wawancara perusahaan ternama. Melainkan dengan menumbuhkembangkan mental kewirausahaan. Karena idealnya negara maju harus memilki pengusaha setidaknya 2% dari total penduduknya. Untuk mengembangkan mental kewirausahaan, mahasiswa juga harus aktif ikut dalam keorganisasian yang bersifat sosial maupun dalam bidang riset teknologi. Seminar kewirausaan juga perlu untuk diikuti demi menunjang wawasan tentang wirausaha.
Tugas utama mahasiswa bukannya untuk berdemo anarkis dan merusak. Apalah artinya demo-demo yang dilancarkan berbagai elemen mahasiswa dengan semangat bara api yang berkobar-kobar di seluruh tanah air yang sampai ban mobil mereka bakar untuk menunjukkan beringasnya semangat mereka unutuk membela Indonesia jika dalam perkuliahan semangat mereka belum berkobar sepenuh ketika berdemo. Tak ada pula artinya jika mahasiswa tak banyak berkontribusi misal dalam penciptaan teknologi, pengembangan masyarakat, dan juga aksi konkrit lainnya dalam mendukung kemajuan maritim indonesia yang tentunya masih dalam batasan sebagai mahasiswa. Potensi SDM pemuda Indonesia tidak diragukan lagi dan kekayaan hutan maupun laut indonesia sudah tersedia melimpah. Jadi tidak ada alasan untuk berdiam diri dan hanya duduk meratapi nasib bangsa Indonesia yang lemah. Berbuatlah! Demi Indonesia.   

Ridho Dian Farades
Teknik Pengelasan PPNS